oke kawan kawan yang pengen donwload lagu joget cesar bisa download di sini ... yg udah download comment yah :D
klik di sini langsung aja :)
My Blog ツ
My Profil
- Muhammad Fadillah Saputra
- Bekasi , Jawa Barat, Indonesia
- Hello my name is Muhammad Fadillah Saputra ... Iam is student Senior High School. Iam was a enjoy boy ツ
Sabtu, 12 Oktober 2013
Selasa, 10 September 2013
S.Q.S V.1.5.5 Prudential Agency Setup
Selamat pagi ...
Sekarang S.Q.S v 1.5.5 Agency Set up dapat di download Di sini
Untuk Serial key dapat di download Di Sini
untuk mengetahui password silahkan kirim email ke alamat email fadillah.saputra@yahoo.co.id
Silahkan Login Email yahoo disini
Silahkan Login Email Gmail disini
Good luck ..... and cepat clossing :)
Selasa, 27 November 2012
Sabtu, 17 November 2012
Resensi Novel Seandainya karya Windhy Puspitadewi
Resensi Novel
Judul : Seandainya
Jenis
novel : Pertemanan
Tahun
terbit : Tahun 2012
Pengarang : Windhy Puspitadewi
Editor : eNHa
Penerbit : Gagas Media
Tebal
buku : 226 Halaman
Jenis
kertas : Kertas koran
Harga : Rp 35.000 ,-
Harga : Rp 35.000 ,-
Sinopsis
Kisah ini dimulai dari pertemuan 4
orang yang sepertinya telah direncanakan oleh takdir. 4 orang itu adalah
seorang lelaki bernama Rizki, perempuan
bernama Juno dan kakaknya Arma, dan juga seorang cewek cantik bernama Christine
- anak pengusaha, calon gubernur Jawa Timur.
Suatu hari ada seorang murid baru,
ia bernama Rizki. Beberapa hari lalu Rizki ketika daftar ulang untuk masuk
sekolah, seorang kk kelas yang tampak seperti panitia penerimaan murid baru,
menyatakan bahwa hari itu akan di adakan pesta penyambutan murid bru. Dan rizki
harus datang pukul 6 pagi, dengan menggunakan baju SMP. Setelah Rizki lama
menunggu acara penyambutannya, semua anak murid baru yang lain juga sudah
datang, seperti Christine, Juno dan Arma.Ternyata mereka sadar kalau mereka
sedang di kerjai oleh kk kelas tersebut.
Juno adalah ketua kelas di kelasnya
iya di pilih menjadi ketua kelas karena di menyenangkan, pintar,dan tingkahnya
yang masih seperti anak kecil yang sanggup membuat guru – guru pun bertekuk
lutut, walaupun Juno itu adalah perempuan. Ia di sukai oleh Rizki teman
sekelasnya, Rizki juga cukup menguasai semua mata pelajaran yang sudah di ajarkan
guru. Rizki pun di panggil oleh teman- temannya dengan sebutan Pakdhe.
Setelah lulus SMU mereka semua
memang berpisah, Christine yang bercita cita menjadi suka relawan UNICEF pindah
ke New york di markas PBB sambil kuliah disana. Christine pun menikah dengan
Derry. Juno pun kuliah di salah satu Univ. Negri di Yogyakarta jurusan
Psikologi, melalu jalur PMDK. Arma punsekolah di Jerman untuk belajar kedokteran.
Rizki bekerja di Jakarta di tempat salah satu Kementrian.
Keunggulan
buku : Mudah dapat di mengerti
makna daari cerita buku tersebut.
Kelemahan
buku : Cerita isi – isi buku yang
kurang begitu menarik.
Manfaat buku : Mengetahui isi – isi buku dan
makna dari isi buku tersebut dan tentang persahabatan,cinta dan pilihan hidup.
Saran
buku : Sebaiknya di
tingkatkan lagi kata kata yang terdapat dalam buku,
Kamis, 04 Oktober 2012
Indonesian Folklore: Manik Angkeran
Manik Angkeran
Folklore from Bali
A long time ago, lived a very rich family in Bali. The father was Sidi Mantra. He was very famous for his supernatural power. He lived happily with his wife and his only child Manik Angkeran. Manik Angkeran was a spoiled son. He also had a bad habit. He liked to gamble.
Because of his bad habit, his parents soon became poor. They always advised Manik Angkeran to stop his bad habit, but he never listened to them. Instead he kept on begging to his parents to give him a lot of money.
The parents then did not have the heart to see him begging. Sidi Mantra then went to Agung Mountain. There lived a mighty dragon with his great supernatural power. He could provide jewelries to those who could say the right prayers and ring the bell. Sidi Mantra had the bell and he also knew the prayers.
"My name is Sidi Mantra. I have a problem. My son likes to gamble. He made me poor. And now he asks a lot of money. I want to give him some, but now I want him to promise to stop his bad behavior," explained Sidi Mantra after he met the dragon.
Sidi Mantra then said the prayers and rang the bell. Suddenly, jewelries came out from the dragon's body. He was very happy and immediately brought the jewelries home. This time Sidi Mantra wanted Manik Angkeran really to stop gambling.
The son then promised. But soon he broke the promise and he did not have some money again. He heard that his father got the jewelries from the dragon living in Agung Mountain. So he stole his father's bell then went there.
After arrived in Agung Mountain, Manik Angkeran rang the bell. The dragon knew him.
"I will give you anything you want but you have to promise to stop gambling. Remember the karma!" then the dragon gave him the jewelries.
Manik Angkeran was very happy. Suddenly he had a bad idea. He wanted to kill the dragon and stole all his jewelries. The dragon knew his plan and with his great power he killed Manik Angkeran. Sidi Mantra was very sad. He asked the dragon to bring his son back to life. The dragon agreed but they had to live in different places.
After few moments, Manik Angkeran lived again. Then Sidi Mantra used a stick to make a big line between them on the ground.
From the line, water flowed. Soon it became a river. Finally it became a strait. It separated Java and Bali. People then named the strait as Bali Strait
Because of his bad habit, his parents soon became poor. They always advised Manik Angkeran to stop his bad habit, but he never listened to them. Instead he kept on begging to his parents to give him a lot of money.
The parents then did not have the heart to see him begging. Sidi Mantra then went to Agung Mountain. There lived a mighty dragon with his great supernatural power. He could provide jewelries to those who could say the right prayers and ring the bell. Sidi Mantra had the bell and he also knew the prayers.
"My name is Sidi Mantra. I have a problem. My son likes to gamble. He made me poor. And now he asks a lot of money. I want to give him some, but now I want him to promise to stop his bad behavior," explained Sidi Mantra after he met the dragon.
Sidi Mantra then said the prayers and rang the bell. Suddenly, jewelries came out from the dragon's body. He was very happy and immediately brought the jewelries home. This time Sidi Mantra wanted Manik Angkeran really to stop gambling.
The son then promised. But soon he broke the promise and he did not have some money again. He heard that his father got the jewelries from the dragon living in Agung Mountain. So he stole his father's bell then went there.
After arrived in Agung Mountain, Manik Angkeran rang the bell. The dragon knew him.
"I will give you anything you want but you have to promise to stop gambling. Remember the karma!" then the dragon gave him the jewelries.
Manik Angkeran was very happy. Suddenly he had a bad idea. He wanted to kill the dragon and stole all his jewelries. The dragon knew his plan and with his great power he killed Manik Angkeran. Sidi Mantra was very sad. He asked the dragon to bring his son back to life. The dragon agreed but they had to live in different places.
After few moments, Manik Angkeran lived again. Then Sidi Mantra used a stick to make a big line between them on the ground.
From the line, water flowed. Soon it became a river. Finally it became a strait. It separated Java and Bali. People then named the strait as Bali Strait
Jumat, 24 Agustus 2012
Kuning Telur Dapat Rusak Pembuluh Darah
Penyuka telur perlu berhati-hati. Asupan tinggi kolesterol dalam kuning telur akan meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular.
telur,kuning telur(Thinkstpckphoto)
Kuning telur yang kaya akan nutrisi, ternyata jika dikonsumsi secara rutin mempunyai efek buruk bagi kesehatan jantung. Peneliti menemukan bahwa mengonsumsi kuning telur dapat mempercepat penyakit arteri koroner atau aterosklerosis.
Dalam sebuah penelitian di London Health Science Center University Hospital, dijelaskan, kuning telur pada akhirnya merusak pembuluh darah. Karena kolesterol pada kuning telur dapat menyumbat arteri karotis yang menyuplai darah ke area leher dan kepala.
Menurut David Spence, ahli neurologi dari Western Ontario University, Kanada, yang merupakan bagian dari tim peneliti, ini bisa meningkatkan risiko terjadinya stroke. Riset Spence dan timnya mengumpulkan sekitar 1.200 responden, perempuan dan laki-laki dengan usia rata-rata 61,5 tahun, yang terkait penyakit jantung.
Peneliti menggunakan ultrasound untuk mendeteksi jumlah plak di dalam arteri responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi satu butir kuning telur per hari sudah melebihi batas asupan kolesterol harian yang dianjurkan.
"Maka orang yang mengonsumsi lebih dari tiga butir telur atau lebih dalam seminggu menumpuk kolesterol dalam pembuluh darahnya, sementara tingginya asupan kolesterol meningkatkan pula risiko gangguan kardiovaskular," ungkap Spence.
Ia menambahkan, efek konsumsi kuning telur dari waktu ke waktu pada peningkatan plak di arteri tidak tergantung dari jenis kelamin, kolesterol, tekanan darah, kebiasaan merokok, indeks massa tubuh, serta apakah seseorang penyandang diabetes.
(Gloria Samantha. Sumber: HealthDay, Dailymail)
Jumat, 17 Agustus 2012
Sejarah Indonesia yang terlupakan ...
Perancang Lambang Garuda Pancasila yang Terlupakan
142 Votes
Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.
Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab –walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak –keduanya sekarang di Negeri Belanda.
Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta, dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda, Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda.
Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22 Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio, Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan “over commando” kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA. Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar – karena tidak mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.
Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu, Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan “ide perisai Pancasila” muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan “Bhineka Tunggal Ika”. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul” dan “tidak berjambul” seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang “gundul” menjadi “berjambul” dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak di Batulayang.
Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. “Satu tahun yang melelahkan untuk mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999,” akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI (Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999. “Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II,” katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.
Langganan:
Postingan (Atom)